Kamis, 29 Oktober 2015

Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

5 Dasar Dalam Pengambilan Keputusan



George R. Terry menyebutkan 5 dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu :

  • Intuisi


Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif.Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif  kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.

  • Pengalaman


Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.

  • Wewenang


Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik),  tetapi  dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan.

  • Fakta


Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

  • Rasional


Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:

  1. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
  2. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
  3. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
  4. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
  5. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.


Pengambilan Keputusan


A.   TUJUAN DAN SASARAN ORGANISASI
1.      Meningkatkan Ketakwaan Siswa/i
2.      Meningkatkan Kedisiplin Siswa/i
3.      Meningkatkan Kebugaran & Menjaga Kesehatan Siswa/i

B.   IDENTIFIKASI MASALAH
Membuat kagiatan yang dapat memenuhi keempat tujuan organisasi dan mengisi waktu luang murid-murid.

C.   ALTERNATIF
1.      Mewajibkan Siswa/i Mengikuti Ekskul Beladiri
2.      Mengadakan Acara Kultum Sebelum Masuk Kekelas
3.      Mengadakan Senam Bersama 1 Kali Seminggu
4.      Mengadakan Acara Keputrian Saat Murid Laki-Laki Sholat Jumat

D.   KEPUTUSAN MEMILIH 1 ALTERNATIF TERBAIK
1.      Alternatif  1  dapat menunjang  tujuan organisasi poin                  2,3
2.      Alternatif  2  dapat menunjang  tujuan organisasi poin                  1,2,4
3.      Alternatif  3  dapat menunjang  tujuan organisasi poin                 2,3
4.      Alternatif  4  dapat menunjang  tujuan organisasi poin                 1,2,4
(Namun tidak  berlaku bagi murid laki-laki)

E.    KEPUTUSAN YANG DIAMBIL
Melaksanakan alternatif 2 karna dapat menunjang 3 poin tujuan organisasi.

F.    PELAKSANAAN KEGIATAN
      Kultum diadakan sebelum siswa/i masuk kekelas, bertempat diaula, mulai pukul 06:30 – 07:00 dengan materi kultum menyangkut masalah aqidah, keagamaan, kedisiplinan, motivasi dan lain-lain, siswa/i diatur berdasarkan jurusan, dan siswa/i non-islam disediakan ruangan khusus saat penyampaian materi keagamaan.

G.   EVALUASI HASIL PELAKSANAAN

      Dengan diadakannya acara kultum diaula sekolah saat pagi hari, menyebabkan siswa/i yang terlambat  tidak dikenakan sanksi karena panitia  acara memprioritaskan siswa/i untuk mengikuti kultum.

Kamis, 15 Oktober 2015

Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa dalam KomunikasI

1.1.         Pengertian Komunikasi

               Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

1.2.        Jenis Komunikasi

              a.Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

           b.Komunikasi Antarpribadi

           Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Bentuk khusus komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua individu, misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara langsung dan simultan.

           c.Komunikasi Kelompok

           Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang dilakukan sekelompok kecil orang (small-group communication). Kelompok sendiri merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, saling mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi antarpribadi berlaku dalam komunikasi kelompok.

           d.Komunikasi Publik

           Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi publik meliputi ceramah, pidato, kuliah, tabligh akbar, dan lain-lain. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: berlangsung lebih formal,menuntut persiapan pesan yang cermat, menuntut kemampuan menghadapi sejumlah besar orang, komunikasi cenderung pasif, terjadi di tempat umum yang dihadiri sejumlah orang, merupakan peristiwa yang direncanakan, dan ada orang-orang yang ditunjuk secara khusus melakukan fungsi-fungsi tertentu.

           e.Komunikasi Organisasi

           Komunikasi organisasi ( organizational communication ) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok.Komunikasi organisasi juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi publik tergantung kebutuhan.

           f.Komunikasi Massa

           Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa cetak maupun elektronik yang dikelola sebuah lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara serentak, cepat dan selintas.

Jarang Komunikasi Tatap Muka Gandakan Resiko Depresi




Kellie Scott
Semakin canggihnya teknologi komunikasi membuat orang semakin mudah berkomunikasi via alat elektronik atau gadget. Namun ternyata kontak sosial dengan cara tradisional alias tatap muka tetap sangat penting Anda lakukan. Riset menunjukan mereka yang jarang melakukan komunikasi tatap muka beresiko dua kali lebih besar menderita depresi. Menelpon anggota keluaga yang sepuh masih jauh lebih baik ketimbang tidak melakukan komunikasi sama sekali.

Riset yang dilakukan peneliti dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan  Sains Universitas Oregon menunjukan jarang melakukan kontak sosial dalam bentuk tatap muka langsung meningkatkan resiko seseorang menderita depresi dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya.Dalam penelitian ini tim mensurvey 11 ribu orang dewasa berusia 50 tahun keatas sepanjang tahun 2004 dan 2010 dalam dua gelombang.

Partisipan yang rutin bertemu dengan keluarga dan teman-teman secara langsung tampaknya lebih sedikit melaporkan mengalami depresi,ketimbang partisipan yang mengaku hanya melakukan komunikasi lewat email atau berbicara lewat telepon.Mereka yang bertemu langsung dengan keluarga dan teman-teman sedikitnya 3 kali setiap minggu memiliki tingkat gejala depresi paling rendah yakni hanya 6,5 persen.Sedangkan individu yang bertemu sekali setiap beberapa bulan atau kurang dari itu memiliki peluang melaporkan gejala depresi sebesar 11.5 persen.

Pemimpin dalam riset ini, Alan Teo mengatakan hubungan tatap muka berperan sebagai semacam vitamin dalam pencegahan depresi.Menurutnya temuan ini juga relevan dengan anak-anak muda,tapi Poorfesor Nancy Pachana dari Universitas Queensland mempertanyakan kesimpulan ini.

"Orang-orang yang lebih muda sekarang ini lebih nyaman atau mungkin lebih memilih melakukan hubungan via alat elektronik,sebagai generasi yang terus bergerak dan aktif saya kira kita jumpai komunikasi semacam ini lebih luas dilakukan oleh kalangan anak-anak muda,” katanya.

Pemimpin Kebijakan, Riset dan Evaluasi Beyondblue, Dr Stephen Carbone mengatakan isolasi sosial merupakan faktor resiko yang besar bagi sejumlah kondisi kesehatan mental terutama yang berkaitan dengan depresi.

"Manusia adalah mahluk sosial dan kita bisa bersikap lebih baik jika kita bersama dengan orang lain dalam kebanyakan kasus,memiliki interaksi sosial dengan orang lain.. tentu saja merupakan faktor perlindungan,” katanya.

Dalam survey pada tahun 2011 dari lembaga Relationships Australia menunjukan komunikasi melalui alat elektronik telah menciptakan populasi orang-orang yang kesepian.Dalam survey itu terungkap lebih dari 40 persen orang yang menggunakan rata-rata 4 metode teknologi dalam berkomunikasi dengan teman atau keluarganya merasa kesepian, dibandingkan dengan 11 persen dari mereka yang menggunakan satu macam bentuk komunikasi via alat teknologi.Responden yang mengaku memilih berhubungan lewat jaringan sosial mengalami dampak negatif yang diduga akibat jarang melalukan kontak tatap muka langsung.

Studi ini juga  menemukan sering atau jarangnya melakukan percakapan telepon atau menulis surat dan kontak email, ternyata tidak berkaitan dengan depresi.Tapi Dr Carbone mengatakan melakukan kontak  yang berkualitas dengan orang lain adalah lebih baik daripada tidak. 

"Bahkan tindakan seperti menelpon nenek secara tiba-tiba itu juga lebih baik ketimbang tidak mempedulikannya sama sekali,”

Professor Pachana mengamini pendapat ini,namun menambahkan mempersering kontak dengan teman atau keluarga juga penting.

"Menelpon sekali seminggu ketimbang satu tahun  sekali tentu saja akan lebih baik,”

"Menelpon hanya sekali selama satu tahun, itu terdengar sangat membuat depresi kan?”

Dan meski demikian bentuk komunikasi virtual diketahui tidak efektif dalam riset ini, Dr Carbone mengatakan bentuk komunikasi ini masih tetap memberi manfaat bagi inklusi sosial seseorang terutama anak-anak muda.

"Ada hasil yang beragam dalam riset ini tapi sejumlah kajian menunjukan media sosial juga memberikan manfaat dalam menciptakan hubungan yang tidak bisa dilakukan oleh jenis kontak sosial lain,” katanya.

Dr Carbone mengatakan Australia sangat maju dalam hal kesehatan mental elektronik, termasuk dalam hal program aplikasi ponsel maupun program di internet.

"Kita meyakini kalau teknologi sangat relevan dan menjadi wadah yang penting dalam sistem layanan kesehatan mental,”

"Kita memiliki forum dimana orang-orang yang menderita depresi, kecemasan dan mereka yang terdampak oleh keinginan bunuh diri bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui media yang sama yakni komunikasi via media teknologi dan banyak orang mengaku mereka sangat diuntungkan dengan model komunikasi ini,”.



Kurang Komunikasi,Banyak Karyawan Tak Hargai Benefit dari Perusahaan





http://d.metrotvnews.com/delivery/lg.php?bannerid=3&campaignid=1&zoneid=29&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fekonomi.metrotvnews.com%2Fread%2F2015%2F05%2F14%2F396462%2Fkurang-komunikasi-banyak-karyawan-tak-hargai-benefit-dari-perusahaan&cb=f4cbf05a16

Metrotvnews.com, Jakarta: Berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Towers Watson mengenai manfaat karyawan (benefit) se-Asia-Pasifik menggambarkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk manfaat benefit terhadap penghargaan yang diberikan untuk hal tersebut.

Survei yang melibatkan 1.145 perusahaan di 20 negara di kawasan Asia-Pasifik termasuk 62 perusahaan di Indonesia tersebut digelar untuk mendapatkan gambaran persoalan yang dihadapi oleh perusahaan terkait pemberian benefit. Survei tersebut dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga bulan Januari 2015.

Director Benefits Towers Watson South East Asia Mark Whatley dalam keterangan persnya, beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia merupakan pembelanja kedua terbesar setelah Filipina di wilayah Asia untuk pengeluaran benefit. Selain itu sebesar 84 persen perusahaan di Indonesia merasa terbebani dengan kemungkinan membesarnya biaya benefit akibat perubahan regulasi dari pemerintah.

Survei yang melibatkan 1.145 perusahaan di 20 negara di kawasan Asia-Pasifik termasuk 62 perusahaan di Indonesia tersebut digelar untuk mendapatkan gambaran persoalan yang dihadapi oleh perusahaan terkait pemberian benefit. Survei tersebut dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga bulan Januari 2015.

Director Benefits Towers Watson South East Asia Mark Whatley dalam keterangan persnya, beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia merupakan pembelanja kedua terbesar setelah Filipina di wilayah Asia untuk pengeluaran benefit. Selain itu sebesar 84 persen perusahaan di Indonesia merasa terbebani dengan kemungkinan membesarnya biaya benefit akibat perubahan regulasi dari pemerintah.


Saat ini lebih dari 65 persen perusahaan di Indonesia mengeluarkan lebih dari seperempat payroll untuk membiayai benefit. Namun hal tersebut tidak berarti langsung diapresiasi oleh para karyawan mereka.

"Namun peningkatan pengeluaran benefit karyawan tidak lantas berhubungan dengan peningkatan penghargaan atas benefit tersebut oleh karyawan. Penghargaan dari karyawan atas benefit tersebut akan meningkat bila opini dari karyawan dilibatkan dalam pembentukan fasilitas benefit," tukas Mark.

Hal tersebut terlihat dengan 81 persen para pengusaha merasa bahwa benefit yang mereka tawarkan tidak begitu dihargai oleh para karyawan dan hanya 19 persen yang sangat menghargai benefit yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena 29 persen perusahaan di Indonesia tidak mengkomunikasikan benefit yang ada kepada para karyawan mereka.

Berdasarkan Survei tersebut juga terungkap bahwa para karyawan di Indonesia lebih menghargai benefit untuk kesehatan berobat jalan (85 persen) dibandingkan dengan benefit rawat inap (77 persen) dan dana pensiun (35 persen).

Mark menambahkan, bila para karyawan dilibatkan dan dikomunikasikan akan apa saja manfaat yang dapat mereka peroleh maka hal tersebut akan secara signifikan meningkatkan value dari benefit yang diberikan. Dengan begitu para karyawan dapat menyesuaikan fasilitas benefit dengan kebutuhan mereka.

"Dengan fleksibilitas tersebut karyawan dapat menyesuaikan kebutuhannya dan bila mereka ingin meningkatkan benefit yang mereka peroleh maka tentunya perusahaan akan mengenakan biaya tambahan kepada karyawan. Namun hal tersebut justru lebih menguntungkan bagi karyawan tersebut bila dibandingkan nantinya karyawan tersebut mengurus asuransi kedua secara pribadi diluar yang diberikan perusahaan," ujar Mark.

Dengan memiliki dua asuransi tersebut maka akan meningkatkan risiko double benefit dengan benefit yang diberikan oleh perusahaan. Tentunya hal ini akan membebani karyawan dengan biaya lain yang lebih mahal dibandingkan yang dikelola oleh perusahaan secara kolektif, di point inilah fleksibilitas dapat terlihat manfaatnya.

Ironisnya, sekitar 45 persen dari perusahaan yang ada mempertimbangkan untuk menambahkan alokasi biaya untuk benefit bagi karyawan disamping yang sudah ada sekarang ini. Mark memandang hal ini tidak diperlukan selama perusahaan dapan meningkatkan komunikasi dengan karyawan mereka agar benefit yang diberikan dapat dipahami oleh para karyawan.


 ANALISA BERITA



Pokok Masalah
Kesenjangan yang cukup besar antara biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk manfaat benefit terhadap penghargaan dari karyawan yang diberikan untuk hal tersebut.

Pihak yang  Terlibat
      1.    Perusahaan
      2.    Karyawan

Solusi
      1.    Penghargaan dari karyawan atas benefit tersebut akan       meningkat bila opini dari karyawan dilibatkan dalam pembentukan fasilitas benefit.
      2.    Karyawan harus dilibatkan dan dikomunikasikan akan apa saja manfaat yang dapat mereka peroleh maka hal tersebut akan secara signifikan meningkatkan value dari benefit yang diberikan.

Mitigasi Masa Depan
           Para pengusaha merasa bahwa benefit yang mereka tawarkan tidak begitu dihargai oleh para karyawan,hal ini kemungkinan disebabkan karena perusahaan tidak mengkomunikasikan benefit yang ada kepada para karyawan mereka.
           Oleh karena itu opini dari karyawan harus dilibatkan dalam pembentukan fasilitas benefit, bila para karyawan dilibatkan dan dikomunikasikan akan apa saja manfaat yang dapat mereka peroleh maka hal tersebut akan secara signifikan meningkatkan value dari benefit yang diberikan.
           Dengan begitu para karyawan dapat menyesuaikan fasilitas benefit dengan kebutuhan mereka.Tetapi meskipun dalam hal ini opini dari karyawan harus dilibatkan,pihak perusahaan tetap harus selektif dalam menentukan fasilitas benefit yang akan diberikan agar terciptanya keselarasan pendapat antara pihak perusahaan dan karyawan.